Belakangan ini saya sering mendengar cerita tentang tech winter, dimana banyak start up-start up yang tadinya kita idam-idamkan memberikan informasi bahwa mereka melakukan lay off besar-besaran, ataupun akhirnya menutup usaha mereka. Belum lagi teman-teman yang tadinya mendapatkan cuan yang fenomenal dari bursa saham, crypto dan sebagainya, namun akhirnya hilang di periode berikutnya.
Saya sendiri sering kagum dengan orang-orang yang berhasil di
bidangnya masing-masing dan tentunya ingin memiliki keberhasilan yang sama
seperti mereka di bidang saya sendiri.
Namun saya teringat dengan sebuah cerita tentang ada 100
ekor monyet yang diminta memilih apakah IHSG besok akan hijau ataupun merah. Pada
percobaan pertama, akan tersisih sebagian dari monyet tersebut, dan jika
penelitian ini dilanjutkan terus menerus maka tentunya akan muncul seekor
monyet yang berhasil menebak benar lebih banyak dari monyet-monyet lainnya.
Yang sering terjadi adalah, kita seringkali mengagung-agungkan tentang
keberhasilan / hasil yang bisa diraih oleh monyet tersebut. Kita sering berpikir
apa kelebihan dari 1 monyet ini daripada monyet-monyet lainnya? Ternyata, hati-hati bisa jadi itu merupakan suatu sesat pikir.
Jika saya merefleksikan ke pengalaman diri sendiri, saya
juga sering terjebak melihat seseorang sangat hebat hanya dari hasil yang ia
capai di dalam hidup ini. Saya menjadi segan terhadap mereka, karena
keberhasilan yang mereka miliki sebelumnya. Yang lebih parah lagi, hal itu
membuat saya minder ataupun terdistract bahwa yang mereka kerjakan lebih benar
ataupun lebih menarik dari apa yang ada di tangan saya saat ini.
Tapi waktu memberikan pemahaman saya lebih luas lagi, ternyata…
ternyata.. banyak dari mereka yang sebelumnya saya segani karena “keberhasilannya”
ternyata tidak bisa mempertahankan hasil yang sama dalam periode-periode
selanjutnya. Hal ini sering disebut sebagai outcome bias, dimana kita sering
mengagungkan seseorang hanya dari hasilnya. Namun kita lupa memberikan
perhatian terhadap bagaimana proses seseorang bisa mencapai hasil tersebut. Karena
hasil seringkali didasari oleh skill dan ketidakpastian yang sering kita sebut
sebagai keberuntungan jika hasil sesuai dengan yang kita harapkan.
Ini juga terjadi dalam perjalanan saham saya, dimana per
hari saya menulis tulisan ini, saya mencapai hasil sedikit lebih rendah
daripada parameter keberhasilan saya yaitu hasil IHSG itu sendiri. Saya
menyadari hasil yang tidak saya harapkan tersebut gak perlu mendefine diri saya kedepannya.
Namun saya perlu refleksi dan mengevaluasi juga untuk meningkatkan skill yang
saya miliki. Serta teta[ menyadari adanya efek randomness dari hal-hal yang ada di
luar kontrol kita. Jadi gak perlu mengagung-agungkan monyet yang hanya memiliki hasil
terbaik, tapi justru kita bisa belajar tentang proses yang ia lalui hingga bisa
mencapai hasil-hasil tersebut. Semoga dari pembelajaran tersebut, kita bisa terapkan untuk melalui proses yang efektif dan berharap mendapatkan hasil yang
sama baiknya.
Komentar
Posting Komentar