“Males ah main lagi, kamu curang sihhh”.. Kata-kata ini sering kita dengar diucapkan oleh anak kecil yang sedang bermain bersama namun merasa kecewa dengan teman bermainnya. Seringkali kita berhenti bermain ketika kita mengetahui ada teman bermain kita yang melakukan kecurangan.
Hal yang sama ternyata juga
sering terjadi di bursa saham, dimana ketika kita gagal meraih keuntungan di
bursa saham – kita menyalahkan pihak lain yang ada di bursa dengan dalih mereka
melakukan kecurangan terhadap permainan.
Dalam bursa saham, kita mengenal
ada 2 tipe pelaku – yaitu bandar dan ritel. Kita sering menyebut bandar curang
karena memiliki modal yang besar, akses informasi yang cepat, dan jaringan yang
baik sehingga bisa mencurangi kita para pelaku retail. Dengan memberikan label
bahwa Bandar curang, maka secara tidak langsung kita “mengamini” bahwa
performance kita akan jelek dibandingkan Bandar. Padahal dengan mengamini bahwa
Bandar memang memiliki banyak keuntungan seperti permodalan dan akses informasi
yang lebih baik, namun kita juga perlu menyadari dengan dana kelolaan yang
lebih besar, lebih sulit bagi Dana Institusi (Bandar) untuk bisa keluar masuk
sebuah emiten saham dengan leluasa. Justru, dengan kita bisa mengenali
pergerakan dari dana besar tersebut, seorang trader ritel bisa mengambil
keuntungan dengan lebih cepat dan mengikuti kemana arah pergerakan dana
tersebut dengan lebih leluasa.
Kalau kita menaruh label “curang”
pada permainan, kita menaruh kekuatan pada hal yang ada di luar diri kita dan
akan berujung pada “it’s okay for me to have this result”. Dalam pengalaman
saya, biasanya orang yang mengatakan bursa saham jahat, curang – adalah
orang-orang yang mengalami kerugian besar dan merasa tidak berdaya.
Dengan kacamata ini, kita bisa
memilih untuk menghasilkan uang ataupun membuat alasan selama menjadi pelaku di
bursa saham.
Komentar
Posting Komentar