Langsung ke konten utama

Salah, Salah, Salah, Benar

Dari SD, SMP, SMA saya bersyukur bisa dapat kesempatan melanjutkan jenjang Pendidikan ke kualitas yang meningkat setiap tahapannya. Dimulai dari SD yang biasa saja tentang pencapaian akademiknya, sampai SMA yang terkenal menghasilkan lulusan – lulusan terbaik di bidangnya. Di satu sisi saya bersyukur, karena mendapatkan kesempatan untuk berada di lingkungan yang lebih baik dan lebih baik lagi di setiap fase perjalanan hidup saya. Mengutip kata-kata AR Benard, ketika kita sudah merasa menjadi orang yang paling pintar dalam suatu ruangan, kita juga bisa melihat ruangan lainnya untuk menjadi orang yang bodoh kembali (artinya : belajar kembali). Tapi di satu sisi, setiap kali saya berada di lingkungan yang baru, saya seringkali merasa menjadi bodoh, karena banyak melakukan kesalahan dan saya anggap kesalahan itu adalah diri saya sendiri, yaitu sebagai rang yang gagal.

Seringkali kita mengatribusikan kesalahan yang kita pernah perbuat sebagai identitas diri kita. Sehingga rasanya ga enak banget ketika kita melakukan kesalahan-kesalahan kecil dalam hidup. Hal ini sering juga saya temui dalam diri seseorang yang memilih untuk trading saham. Banyak orang yang hanya bisa melihat kalau trading saham, berapa persentase kemenangan kita? Kalau persentase kemenangan kita dalam memilih saham tidak lebih besar daripada 70% maka kita dicap tidak mampu trading di bursa saham dengan benar. Karena kita di ajarkan, kalau nilai dibawah 70% saat sekolah artinya kita remedial kan? :D

Padahal saya menemui, selama kita tahu cara mainnya dan taat mengeksekusinya, meskipun kita hanya tepat 30% dari saham yang kita pilih, kita tetap bisa menghasilkan keuntungan yang baik dalam jangka panjangnya. Hal sebaliknya adalah, meskipun kita benar memilih 90% saham yang menghasilkan keuntungan tapi bisa saja 10% pilihan kita yang tidak tepat tersebut menghancurkan seluruh karir perjalanan kita sebagai trader saham. Ha yang bisa menghancurkan karir trading saham kita misalnya seperti kita mengambil posisi terlalu besar pada 1 saham ALL IN, dan ternyata perusahaannya bangkrut.

Yang saya pelajari adalah bukan tentang berapa sering kita benar, dan berapa sering kita salah dalam keputusan yang kamu pernah hasilkan. Tapi seberapa reliable trading system kita secara keseluruhan untuk menghasilkan keuntungan dalam jangka yang panjang. Ingat, Thomas Alva Edison melakukan ribuan kali percobaan dan gagal sebelum akhirnya menemukan bola lampu pijar. Namun kita mengenang beliau sebagai tokoh yang berhasil. Sebaliknya kita banyak politikus yang ternama di dunia – namun karena 1-2 skandal yang ia perbuat, rusak semua reputasi yang sudah terbangun selama ini. Sehingga kita mengenalnya sebagai orang yang gagal. Hal yang sama juga terjadi dengan para pelaku yang berada di bursa trading saham. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cuan, Bukan Cuma Keberuntungan

Banyak orang yang merasa kalau untung di saham itu sebuah keberuntungan. Maka mereka takut berada di bursa saham. Seketika untung, seketika rugi. Merasa hal yang terjadi berada di luar kendali. Tentunya kita semua tidak mau berada di bursa saham, hanya mengandalkan keberuntungan semata. Naval Ravikant pernah menyampaikan jika ia jatuh bangkrut dan diizinkan untuk memulai semuanya kembali, maka cukup tempatkan ia di jalan apapun dengan Negara berbahasa inggris maka dalam 5-10 tahun ia akan kembali memiliki kekayaan tersebut. Ada beberapa tipe keberuntungan yang pernah saya baca yaitu : 1. Keberuntungan Semata Kita mendapatkan sesuatu karena keberuntungan semata. Gak ada control kita dalam hal itu, sama halnya seperti memenangkan lotre dengan probabilitas yang sangat kecil. 2. Keberuntungan Karena Kerja Keras Masih ingat dengan Ghozali Everyday? Seolah-olah ia seketika ketumpuk rezeki oleh NFT pada tahun 2022. Tapi keberuntungannya tidak datang tiba-tiba, Ghozali secara persisten mempos

Karena Terpaksa Atau Berdaya

Siapa disini yang ingin belajar tentang dunia investasi? Atau ingin punya badan sehat dan langsing? Apapun keinginan kamu, saya sering mendengar orang yang bilang mau ini – mau itu, namun dilanjutkan dengan kalimat “tapi….., cuma…..”. “Saya kan kerja, ga bisa lakuin itu. Saya kan ga ada modal, maka ga bisa lakuin hal itu.” Seolah-olah banyak hambatan yang terjadi, dan biasanya bermuara pada masalah uang dan waktu. Kali ini saya mau mengajak teman-teman untuk bisa melihat masalah uang dan waktu hanyalah sebagian dari jenis sumber daya yang kita miliki dalam hidup. Ketika saya memahami ini, saya bisa melihat lebih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang saya dapat ciptakan di hidup ini. Berikut saya sampaikan beberapa tipe sumber daya yang kita bisa manfaatkan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan besar dalam hidup ini. Setelah mengetahui berbagai sumber daya yang ada dalam hidup, saya percaya teman-teman bisa mendapatkan harapan yang baru melihat segala sesuatu. Yang pertama adalah uan

Setia, Menikmati Naik Turunnya Trend di Bursa Saham

Saya sebelumnya bingung, pilihan di bursa saham hanya Untung / Buntung. Tapi kenapa lebih banyak orang yang saya temui kapok investasi di bursa saham? Termasuk saya sendiri, kok hampir kapok ya. Beruntungnya saya memilih untuk bertahan.  Selama periode berada di bursa saham, yang saya temui adalah banyak orang yang gagal di bursa adalah orang yang : 1. Tidak menjalankan prinsip trading / investing dengan benar 2. Tidak sabar mengerjakannya dalam waktu yang lebih panjang Saya menghabiskan waktu cukup banyak untuk mencari apa itu prinsip trading yang benar dan terlebih lagi adalah yang cocok dengan pribadi diri saya. Karena saya pribadi adalah trader yang mengutamakan keamanan terhadap resiko kerugian besar. Akhirnya saya memutuskan cara trading trend following yang cocok untuk saya. Meskipun cocok, downsidenya adalah cara trading ini cenderung membosankan dalam waktu yang panjang. Karena hanya mendapatkan keuntungan jika market berubah menjadi Uptrend. Nah, market memiliki 3 tr