Langsung ke konten utama

Sing Penting Yakin

 Pernah suatu waktu saya ngobrol bertiga dengan teman saya, salah satunya adalah seorang agen asuransi. Si Agen Asuransi ini bercerita kalau, “Kenapa yah saya mau bantu orang lain untuk dapat peace of mind dan keamanan hidup melalui tapi kok orang lain memandang saya sebelah mata?”. Jawaban teman saya lainnya “Ya, karena kamu itu baru di field tersebut, blm ada hasilnya, maka wajar orang meragukanmu”. Dengan sedikit terpukul si Agen Asuransi bertanya lagi, “Yah, kalau gitu bagaimana caranya saya menjalankan bisnis ini dong? Setiap orang kan pasti mulai dari nol ga punya hasil apa-apa, gak mungkin tiba-tiba sudah banyak pengalamannya”. Jawab teman saya satu lagi, “Sing penting Yakin”. Wah, hal itu membekas di diri saya cukup lama.

Saya sendiri juga mengalami, setiap kali kita memulai hal yang baru – sering kali kita blm punya any single proof tentang hal yang kita lakukan. Namun, yang membedakan adalah kata-kata “sing penting yakin” ini. Dimana apakah kita punya keyakinan / belief tertentu tentang hal yang kita lakukan. Hal ini seperti perumpamaan, bayangkan kalau kamu melihat seekor Anjing didalam ruangan, ia lari naik ke atas ranjang, turun ke kolong lompat ke jendela dan lari terus menerus. Apakah Anjing ini seperti Anjing gila? Mungkin terkesan iya, namun kalau kita tambahkan informasi bahwa Anjing ini berlari karena mengejar seekor kelinci di ruangan tersebut. Anjing itu memiliki alasan yang jelas kenapa berlari begitu cepat dan antusiasnya. Saya melihatnya ini sama dengan diri kita dalam memulai suatu apapun. Orang lain belum tentu bisa melihat “kelinci” yang sedang kita coba gapai. Maka kita terlihat seperti orang gila. Orang lain menyebut kita Gila, bukan karena mereka tidak sayang dengan kita, melainkan mereka belum bisa melihat apa yang kita lihat. Namun jika kita tidak memiliki mental “Sing Penting Yakin”, kita mulai meragukan kelinci yang kita kejar, dan bisa jadi mulai meragukan kewarasan kita dengan bertanya “Apa benar saya gila ya?”. Hal itu semua berhubungan dengan belief kita terhadap suatu hal yang sedang kita hadapi.

Berbicara lebih jauh tentang belief, itu sangat berkaitan dengan cara kita trading dan bertahan dalam game trading tersebut. Ketika trading, sebenarnya kita tidak hanya trading di bursa saham. Tapi kita sedang trading dengan belief kita tentang bursa saham tersebut.

Coba pikirkan apa keyakinan / belief kita tentang bursa saham saat ini.

“Beli saham itu saat valuasi sangat rendah” (Ya, bisa jadi kamu benar).

“Beli saham itu saat sudah uptrend, the sky is the limit” (Ya, bisa jadi kamu benar).

Bisa jadi sesama pelaku di bursa saham memiliki kacamata keyakinan yang ternyata bertabrakan. Lalu dengan pemahaman bahwa belief setiap orang bisa saja berbeda-beda, sering kali kita melihat orang yang berbeda tersebut adalah “Gila”. Dengan memahami ini, kita juga bisa mengetahui apalagi limiting belief kita yang menghambat kita berhasil menjalankan cara permainan kita.

Sebagai seorang trader yang meyakini beli saham uptrend adalah baik, seringkali dihadapkan dengan keyakinan menghambat seperti “saham yang sudah naik tinggi artinya sudah bubble, tinggal downtrend saja”. “kamu tuh sudah ketinggalan kereta”. “kamu greedy”.”harganya sudah setinggi ini, yakin bisa lebih tinggi lagi?”. Pemikiran yang menghambat seorang trader tersebut, namun seringkali cocok ketika kita menggunakan kacamata secara value investor yang menyatakan “kalau saya beli saham yang undervalue, artinya saya sabar dan tinggal tunggu tidur nanti juga naik”. Atau “beli lah saham yang lagi koreksi dalam, tinggal tidur, dan suatu saat pasti akan bubble di beli oleh para traders, saat itu lah kita bisa menjualnya dengan untung”.

Jadi kalau kita tabrakan dua kacamata tersebut, akan sulit tenang hidup kita. Dua Belief yang cenderung berbeda namun bisa sama-sama efektif dengan cara mainnya masing-masing. Dengan memahami adanya keyakinan ini, saya rasa kita bisa memperjelas apa belief kita dalam trading saham ini? Apakah belief ini menghambat kita atau mendukung kita mencapai tujuan kita di bursa saham? Apakah kita bisa mengubah belief tersebut menjadi lebih efektif menuju goal kita? Jika tidak bisa, apa “harga” yang perlu kita bayar dengan tetap mempertahankan belief yang kurang efektif tersebut? Dengan menchallenge belief-belief kita yang kurang efektif dan fokus pada “tujuan utama kita” (kelinci yang kita kejar) maka kita akan menjadi percaya diri menjalani prosesnya meskipun HASIL belum ada. Jadi, jangan galau berlarut-larut, pertajam tujuan dan belief kita, serta ingat kata-kata “Sing Penting Yakin”.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cuan, Bukan Cuma Keberuntungan

Banyak orang yang merasa kalau untung di saham itu sebuah keberuntungan. Maka mereka takut berada di bursa saham. Seketika untung, seketika rugi. Merasa hal yang terjadi berada di luar kendali. Tentunya kita semua tidak mau berada di bursa saham, hanya mengandalkan keberuntungan semata. Naval Ravikant pernah menyampaikan jika ia jatuh bangkrut dan diizinkan untuk memulai semuanya kembali, maka cukup tempatkan ia di jalan apapun dengan Negara berbahasa inggris maka dalam 5-10 tahun ia akan kembali memiliki kekayaan tersebut. Ada beberapa tipe keberuntungan yang pernah saya baca yaitu : 1. Keberuntungan Semata Kita mendapatkan sesuatu karena keberuntungan semata. Gak ada control kita dalam hal itu, sama halnya seperti memenangkan lotre dengan probabilitas yang sangat kecil. 2. Keberuntungan Karena Kerja Keras Masih ingat dengan Ghozali Everyday? Seolah-olah ia seketika ketumpuk rezeki oleh NFT pada tahun 2022. Tapi keberuntungannya tidak datang tiba-tiba, Ghozali secara persisten mempos

Karena Terpaksa Atau Berdaya

Siapa disini yang ingin belajar tentang dunia investasi? Atau ingin punya badan sehat dan langsing? Apapun keinginan kamu, saya sering mendengar orang yang bilang mau ini – mau itu, namun dilanjutkan dengan kalimat “tapi….., cuma…..”. “Saya kan kerja, ga bisa lakuin itu. Saya kan ga ada modal, maka ga bisa lakuin hal itu.” Seolah-olah banyak hambatan yang terjadi, dan biasanya bermuara pada masalah uang dan waktu. Kali ini saya mau mengajak teman-teman untuk bisa melihat masalah uang dan waktu hanyalah sebagian dari jenis sumber daya yang kita miliki dalam hidup. Ketika saya memahami ini, saya bisa melihat lebih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang saya dapat ciptakan di hidup ini. Berikut saya sampaikan beberapa tipe sumber daya yang kita bisa manfaatkan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan besar dalam hidup ini. Setelah mengetahui berbagai sumber daya yang ada dalam hidup, saya percaya teman-teman bisa mendapatkan harapan yang baru melihat segala sesuatu. Yang pertama adalah uan

Setia, Menikmati Naik Turunnya Trend di Bursa Saham

Saya sebelumnya bingung, pilihan di bursa saham hanya Untung / Buntung. Tapi kenapa lebih banyak orang yang saya temui kapok investasi di bursa saham? Termasuk saya sendiri, kok hampir kapok ya. Beruntungnya saya memilih untuk bertahan.  Selama periode berada di bursa saham, yang saya temui adalah banyak orang yang gagal di bursa adalah orang yang : 1. Tidak menjalankan prinsip trading / investing dengan benar 2. Tidak sabar mengerjakannya dalam waktu yang lebih panjang Saya menghabiskan waktu cukup banyak untuk mencari apa itu prinsip trading yang benar dan terlebih lagi adalah yang cocok dengan pribadi diri saya. Karena saya pribadi adalah trader yang mengutamakan keamanan terhadap resiko kerugian besar. Akhirnya saya memutuskan cara trading trend following yang cocok untuk saya. Meskipun cocok, downsidenya adalah cara trading ini cenderung membosankan dalam waktu yang panjang. Karena hanya mendapatkan keuntungan jika market berubah menjadi Uptrend. Nah, market memiliki 3 tr