Langsung ke konten utama

Opportunity Cost - Biaya Dari Pilihan Yang Terlewat

Ada hal yang menarik dari setiap keputusan yang kita ambil. Selain mempertimbangkan apa yang kita dapat dan resiko yang kita tanggung dari setiap keputusan kita, ternyata kita juga bisa dihadapkan dengan yang disebut Opportunity Cost, yaitu terkait dengan biaya yang harus di tanggung karena pilihan yang tidak bisa kita ambil sebagai konsekuensi dari pilihan kita yang lain.

Ini terjadi dalam setiap keputusan kita, misalnya dengan memilih bekerja kantoran artinya kita kehilangan kesempatan untuk waktu mengerjakan hal lain di jam kerja kantor. Atau menyimpan semua uang kita di deposito / tabungan, maka kita kehilangan kesempatan untuk potensi penghasilan jika kita mengelola dana kita di properti / saham / crypto.

Begitu juga jika kita memilih untuk melakukan trading saham dibandingkan dengan jika kita memilih taruh dan tinggal tidur sebagai investor saham. Berikut hal yang menurut saya bisa menjadi pertimbangan opportunity cost dalam berinteraksi dengan instrumen investasi saham.

Jika saya memilih menjadi seorang trader saham, maka saya akan kehilangan / mengorbankan :

- Waktu secara berkala untuk memperhatikan pergerakan saham

- Pemahaman yang lebih mendalam tentang bisnis daripada perusahaan yang kita beli

- Biaya fee sekuritas yang lebih besar (harusnya), karena intensitas keluar masuk bursa lebih sering daripada menjadi seorang investor

- Keuntungan yang sangat amat besar dari efek compound interest saham kita dari waktu ke waktu

(Contohnya saya pernah pegang BBCA dari tahun 2014 hingga saat ini, dan peningkatannya luar biasa, can't wait untuk melihat compound effectnya di beberapa puluh tahun kedepan kembali)

Jika saya memilih menjadi seorang investor saham, maka saya akan kehilangan / mengorbankan :
- Ketenangan batin saat saya yakin dengan saham yang saya pilih, tapi karena sebagai investor saya akan menahan posisi dan memiliki floating loss yang lumayan besar pada periode yang bisa jadi cukup lama.

(Contoh ekstrim dari floating loss yang sangat besar dan lama)

- Menunggu waktu yang cukup lama untuk melihat saham kita terbang, karena kita tidak membeli berdasarkan price action / volume tapi lebih daripada diskon harga saham dari sebuah perusahaan (untuk value investing)

- Menyiapkan waktu untuk mempelajari bagaimana kualitas kesehatan atau laporan keuangan sebuah perusahaan yang akan kita investasikan pada jangka waktu tertentu. Belajar term baru, pusing baru, dan mendapatkan ilmu baru.

Di atas adalah contoh-contoh kehilangan atau trade off yang perlu kita pertimbangkan dalam memilih suatu hal. Kalau begitu, kita jadi trader dan investor sekaligus saja dong kak!? Bisa saja kok pilihan itu, sah-sah saja, tapi sadari juga dengan memilih kedua hal itu, maka kita akan kehilangan kesempatan (opportunity cost) untuk bisa menekuni salah satu teknik dengan lebih mendalam lagi.

Menurut saya, semua pilihan pasti memiliki opportunity cost atau trade off nya masing-masing. Tidak akan ada habisnya, karena terlalu banyak variable atau value yang termuat dari setiap pilihan yang ada. Dengan setiap pilihan kita pilih sebenarnya kita memilih suatu value yang penting untuk diri kita pada pilihan tersebut dibandingkan dengan pilihan lainnya yang tersedia. Namun sayangnya seringkali value tersebut kita tidak kita sadari, seolah-olah kita autopilot dalam mengambil sebuah keputusan. Dengan menyadari hal ini, sebenarnya kita bisa memilih suatu keputusan tanpa perlu bimbang dengan pertimbangan - pertimbangan yang sering diberikan oleh orang lain.

Misalnya saja, saya memilih untuk trading daripada investing, karena saya memberikan nilai lebih kepada ketenangan batin saya tentang dana yang saya kelola dengan tidak mau tidur gelisah karena memegang floating loss besar dalam periode yang cukup panjang. Saya juga memilih trading daripada investing, karena saya memberikan nilai lebih besar bahwa bursa adalah sekumpulan dari hasil keputusan psikologis market yang tertuang pada chart (statistik) dibandingkan daripada minat saya mempelajari keuangan sebuah perusahaan lebih jauh. Saya juga memilih trading daripada investing, karena hal tersebut lebih fleksible sehingga jika sewaktu-waktu saya ingin melakukan trading pada market yang berbeda, misalnya forex ataupun cryptocurrency saya bisa melakukannya (hal ini karena didasari oleh ilmu price action yang kurang lebih sama, yaitu mempelajari pola pada perilaku pelaku market). Saya juga memilih untuk tidak menaruh dana di crypto currency meskipun ada resiko kehilangan potensi uptrend yang luar biasa besar dari market tersebut, karena saya memberikan nilai lebih kepada perlunya sesuatu hal yang lebih pasti (saham marketnya lebih mature dan saya lebih mengerti saat ini), juga keinginan saya untuk bisa menekuni suatu hal lebih dalam lagi.

Terakhir, terlalu banyak nilai yang bisa kita pilih dari keputusan yang kita ambil. Semua tidak hanya dari segi keuangan saja, tapi bisa juga yang namanya psychological benefit. Misalnya, merasa berdampak, merasa mampu, merasa aman, merasa berharga, dan lain-lain. Maka ada beberapa hal yang ingin saya tekankan yaitu kita perlu menyadari selalu ada harga yang kita bayar dari setiap keputusan yang kita ambil. Setiap keputusan yang kita ambil itu menyatakan "hey, saya menilai (bisa uang, bisa kenyamanan, bisa keberanian, dll) ini adalah lebih penting daripada hal lainnya.". Yang terpenting adalah kita mengetahui memang nilai tersebut adalah nilai yang memang mau kita ciptakan dalam hidup kita. Dan apapun keputusan seseorang, kita patut menghargainya karena setiap orang memiliki nilai yang dianggap pentingnya masing-masing. Jika kita hidup bisa saling menghargai dan mendukung, rasanya hidup akan menjadi perjalanan yang lebih menyenangkan untuk di lalui.

(Contoh value yang bisa saja berbeda untuk setiap orang)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cuan, Bukan Cuma Keberuntungan

Banyak orang yang merasa kalau untung di saham itu sebuah keberuntungan. Maka mereka takut berada di bursa saham. Seketika untung, seketika rugi. Merasa hal yang terjadi berada di luar kendali. Tentunya kita semua tidak mau berada di bursa saham, hanya mengandalkan keberuntungan semata. Naval Ravikant pernah menyampaikan jika ia jatuh bangkrut dan diizinkan untuk memulai semuanya kembali, maka cukup tempatkan ia di jalan apapun dengan Negara berbahasa inggris maka dalam 5-10 tahun ia akan kembali memiliki kekayaan tersebut. Ada beberapa tipe keberuntungan yang pernah saya baca yaitu : 1. Keberuntungan Semata Kita mendapatkan sesuatu karena keberuntungan semata. Gak ada control kita dalam hal itu, sama halnya seperti memenangkan lotre dengan probabilitas yang sangat kecil. 2. Keberuntungan Karena Kerja Keras Masih ingat dengan Ghozali Everyday? Seolah-olah ia seketika ketumpuk rezeki oleh NFT pada tahun 2022. Tapi keberuntungannya tidak datang tiba-tiba, Ghozali secara persisten mempos

Karena Terpaksa Atau Berdaya

Siapa disini yang ingin belajar tentang dunia investasi? Atau ingin punya badan sehat dan langsing? Apapun keinginan kamu, saya sering mendengar orang yang bilang mau ini – mau itu, namun dilanjutkan dengan kalimat “tapi….., cuma…..”. “Saya kan kerja, ga bisa lakuin itu. Saya kan ga ada modal, maka ga bisa lakuin hal itu.” Seolah-olah banyak hambatan yang terjadi, dan biasanya bermuara pada masalah uang dan waktu. Kali ini saya mau mengajak teman-teman untuk bisa melihat masalah uang dan waktu hanyalah sebagian dari jenis sumber daya yang kita miliki dalam hidup. Ketika saya memahami ini, saya bisa melihat lebih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang saya dapat ciptakan di hidup ini. Berikut saya sampaikan beberapa tipe sumber daya yang kita bisa manfaatkan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan besar dalam hidup ini. Setelah mengetahui berbagai sumber daya yang ada dalam hidup, saya percaya teman-teman bisa mendapatkan harapan yang baru melihat segala sesuatu. Yang pertama adalah uan

Setia, Menikmati Naik Turunnya Trend di Bursa Saham

Saya sebelumnya bingung, pilihan di bursa saham hanya Untung / Buntung. Tapi kenapa lebih banyak orang yang saya temui kapok investasi di bursa saham? Termasuk saya sendiri, kok hampir kapok ya. Beruntungnya saya memilih untuk bertahan.  Selama periode berada di bursa saham, yang saya temui adalah banyak orang yang gagal di bursa adalah orang yang : 1. Tidak menjalankan prinsip trading / investing dengan benar 2. Tidak sabar mengerjakannya dalam waktu yang lebih panjang Saya menghabiskan waktu cukup banyak untuk mencari apa itu prinsip trading yang benar dan terlebih lagi adalah yang cocok dengan pribadi diri saya. Karena saya pribadi adalah trader yang mengutamakan keamanan terhadap resiko kerugian besar. Akhirnya saya memutuskan cara trading trend following yang cocok untuk saya. Meskipun cocok, downsidenya adalah cara trading ini cenderung membosankan dalam waktu yang panjang. Karena hanya mendapatkan keuntungan jika market berubah menjadi Uptrend. Nah, market memiliki 3 tr