Langsung ke konten utama

Pain Killer di Bursa Saham

Pernah gak sih kamu punya impian dan siap untuk menahan rasa sakit yang begitu besar untuk mewujudkannya?

Saya jadi ingat pengalaman waktu sekolah dulu pernah beberapa kali mengikuti lomba futsal. Dari dulu saya selalu masuk ke tim B, tim kedua sebagai kuda hitam ataupun under dog player. Saya cenderung tidak diperhitungkan oleh lawan namun dengan itu juga saya punya keinginan untuk menunjukkan kalau saya bisa dan mampu memenangkan pertandingan. Saya akan ngotot segila-gilanya agar bisa memenangkan pertandingan walau kadang menyakitkan. Di masa itu saya pertama kali mengenal pain killer. Karena saya perlu memenangkan pertandingan tersebut, saya sering bolak-balik semprot pain killer di kaki yang sakit. Jadinya saya bisa berlari lagi dan melupakan rasa sakit yang ada. Saya rasa itu adalah kegunaan yang tepat saat dari sebuah pain killer, yaitu untuk mengesampingkan rasa sakit “sementara” agar diri kita bisa mencapai target yang lebih penting / besar bagi diri kita.

Namun kadangkala, hal yang baik bisa dimanfaatkan untuk hal yang tidak tepat guna juga. Saya merasa ada orang-orang yang menjalani hidup dengan penuh kesakitan tapi lebih memilih untuk melupakan menganggap hal itu tidak ada, tanpa ada upaya memperbaiki keadaan. Gak percaya? Kamu pernah melihat orang sulit keuangan dalam waktu yang lama, yang akhirnya memilih untuk pura-pura lupa tentang hal tersebut, pinjam pay later atau berhutang sana-sini? Atau kamu pernah melihat orang yang punya pasangan toxic dan tetap memilih menjalaninya, pura – pura lupa, memilih jarang pulang ke rumah dan kabur dari masalah? Bagi saya ini adalah cara yang kurang tepat dalam menggunakan “pain killer” yaitu dengan melupakan rasa sakit yang ada, tetap memilih untuk diam di tempat dan terus menerus lari dari kenyataan.

Sama seperti kegunaan sebuah pisau, satu hal bisa menjadi baik atau buruk tergantung dari penggunaannya.

Ternyata hal ini juga saya rasakan ada di kehidupan para pelaku saham. Saya rasa masuk ke industry apapun, termasuk industry finansial, akan memberikan suatu kenikmatan dan kerugiannya tersendiri. Umumnya (hampir pasti), setiap orang yang masuk ke bursa saham pernah / akan merasakan sejumlah kerugian yang cukup menyakitkan. Namun saya sering mendengar ada seorang trader yang akhirnya memilih menjadi investor karena merasa melihat platform sekuritas (yang mayoritas merugi) sangat menyakitkan bagi nya. Hal itu saya rasa sama saja dengan memakai pain killer untuk tidak mau mengakui bahwa keputusan yang ia ambil kurang tepat, menerima kerugian, dan bergerak maju lagi untuk tindakan perbaikannya. Semprot pain killer dan kabur dari masalah namun kenyataannya akan terus sama.

Bagi saya ada cara lain lagi yang lebih cocok karena sudah pasti kita akan mengalami rasa sakit di bursa saham. Pain killer yang tepat adalah menerima kekalahan sesegera mungkin, memilih untuk belajar dan mencoba lagi dengan perbaikan berulang sehingga kedepannya rasa sakit yang dihadapi jauh lebih terkendali. Hal itu secara tidak langsung menunjukkan pertumbuhan skill dan kapasitas kita yang menjadi semakin besar. So, jangan jadi alasan untuk menggunakan pain killer terus menerus lalu mewajarkan untuk pasrah dengan keadaan, rasa sakit yang dihadapi dan tidak bergerak maju menjadi lebih baik ya 😊




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cuan, Bukan Cuma Keberuntungan

Banyak orang yang merasa kalau untung di saham itu sebuah keberuntungan. Maka mereka takut berada di bursa saham. Seketika untung, seketika rugi. Merasa hal yang terjadi berada di luar kendali. Tentunya kita semua tidak mau berada di bursa saham, hanya mengandalkan keberuntungan semata. Naval Ravikant pernah menyampaikan jika ia jatuh bangkrut dan diizinkan untuk memulai semuanya kembali, maka cukup tempatkan ia di jalan apapun dengan Negara berbahasa inggris maka dalam 5-10 tahun ia akan kembali memiliki kekayaan tersebut. Ada beberapa tipe keberuntungan yang pernah saya baca yaitu : 1. Keberuntungan Semata Kita mendapatkan sesuatu karena keberuntungan semata. Gak ada control kita dalam hal itu, sama halnya seperti memenangkan lotre dengan probabilitas yang sangat kecil. 2. Keberuntungan Karena Kerja Keras Masih ingat dengan Ghozali Everyday? Seolah-olah ia seketika ketumpuk rezeki oleh NFT pada tahun 2022. Tapi keberuntungannya tidak datang tiba-tiba, Ghozali secara persisten mempos

Karena Terpaksa Atau Berdaya

Siapa disini yang ingin belajar tentang dunia investasi? Atau ingin punya badan sehat dan langsing? Apapun keinginan kamu, saya sering mendengar orang yang bilang mau ini – mau itu, namun dilanjutkan dengan kalimat “tapi….., cuma…..”. “Saya kan kerja, ga bisa lakuin itu. Saya kan ga ada modal, maka ga bisa lakuin hal itu.” Seolah-olah banyak hambatan yang terjadi, dan biasanya bermuara pada masalah uang dan waktu. Kali ini saya mau mengajak teman-teman untuk bisa melihat masalah uang dan waktu hanyalah sebagian dari jenis sumber daya yang kita miliki dalam hidup. Ketika saya memahami ini, saya bisa melihat lebih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang saya dapat ciptakan di hidup ini. Berikut saya sampaikan beberapa tipe sumber daya yang kita bisa manfaatkan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan besar dalam hidup ini. Setelah mengetahui berbagai sumber daya yang ada dalam hidup, saya percaya teman-teman bisa mendapatkan harapan yang baru melihat segala sesuatu. Yang pertama adalah uan

Setia, Menikmati Naik Turunnya Trend di Bursa Saham

Saya sebelumnya bingung, pilihan di bursa saham hanya Untung / Buntung. Tapi kenapa lebih banyak orang yang saya temui kapok investasi di bursa saham? Termasuk saya sendiri, kok hampir kapok ya. Beruntungnya saya memilih untuk bertahan.  Selama periode berada di bursa saham, yang saya temui adalah banyak orang yang gagal di bursa adalah orang yang : 1. Tidak menjalankan prinsip trading / investing dengan benar 2. Tidak sabar mengerjakannya dalam waktu yang lebih panjang Saya menghabiskan waktu cukup banyak untuk mencari apa itu prinsip trading yang benar dan terlebih lagi adalah yang cocok dengan pribadi diri saya. Karena saya pribadi adalah trader yang mengutamakan keamanan terhadap resiko kerugian besar. Akhirnya saya memutuskan cara trading trend following yang cocok untuk saya. Meskipun cocok, downsidenya adalah cara trading ini cenderung membosankan dalam waktu yang panjang. Karena hanya mendapatkan keuntungan jika market berubah menjadi Uptrend. Nah, market memiliki 3 tr