Langsung ke konten utama

Berkenalan Dengan Kejamnya Rugi di Bursa Saham

 

Dalam dunia investasi pasti ada dua sisi koin yaitu, sisi kerugian dan keuntungan yang bisa kita alami. Khususnya dalam instrument investasi saham, menurus saya kita berada di aspek probability bukan certainty.

Saya belajar dari pengalaman teman saya yang menaruh semua dana pensiunnya di salah satu emiten saham yang dianggap blue chip ataupun saham yang meyakinkan untuk tidak mungkin turun besar. Namun ketika saham tersebut turun besar – ia pun kebingungan untuk perjalanan kedepannya.

Misalnya seperti :



Dari hal ini saya belajar, sepercaya apapun kamu terhadap suatu hal, jangan izinkan diri kita untuk menanggung kerugian yang sangat besar dalam portofolio / hidup, yang memungkinkan untuk menghancurkan diri kita sendiri. Karena semakin besar kerugian itu, semakin sulit kita untuk recover dari kondisi tersebut.

Di buku Mark Minervini yang saya baca, the number tells it all. Pada table dibawah ini terlihat kalau semakin besar kerugian kita maka akan jauh lebih besar lagi tingkat keuntungan yang diperlukan untuk kembali ke titik impas (Break Event Point).

Bagaimana kalau kita berandai-andai lagi, jika kita bisa mencapai 2 tahun untung dan 1 tahun rugi – dan kita akan melihat keuntungan Compound Annual Growth Ratenya :


Dari hasil ini menyatakan kalau kita bisa untung sebesar 50% dalam 2 tahun berturut-turut, namun tetap mengalami kerugian sebesar 50% pada tahun selanjutnya, maka kita akan memiliki total in return sebesar 12.5%. Itu sama saja seperti kalau kita mendapatkan keuntungan hanya sebesar 4% per tahun. Bagi saya terasa tidak terlalu menarik untuk ukuran investasi beresiko yang bisa kita kelola sendiri.

Mark Minervini juga memberikan simulasi kembali tentang bagaimana relasi kerugian terhadap portofolio kita. Bagaimana kalau kita berandai-andai akan melakukan trading selama 20 tahun, dengan hasil 10 tahun meraup keuntungan dan 10 tahun lainnya mengalami kerugian. Yuk kita lihat simulasinya :

Note: urutan hasil setiap tahunnya dapat diabaikan, karena hasilnya akan tetap sama.

Ternyata, dengan memiliki average gain sebesar 18.40% selama 10 tahun dan kerugian sebesar -15.90% selama 10 tahun, maka bisa menghasilkan portofolio kita loss sebesar -12.05%!

Lalu jika dibandingkan dengan memiliki average gain sebesar 18.40% selama 10 tahun dan kerugian sebesar -10.00% selama 10 tahun saja, maka bisa menghasilkan portofolio kita gain sebesar 79.89%!

Pembelajaran paling besar yang saya ambil dari ilustrasi di atas adalah, jangan pernah mengambil remeh kerugian yang kita bukukan di pasar saham, karena perbedaan sebesar -5% setiap tahun dalam periode tertentu saja bisa memporak-porandakan modal dalam portofolio kita.

Hal ini juga saya rasa bisa diterapkan dalam prinsip kehidupan kita dalam menilai sebuah resiko hidup.

"The definition of a great investor is someone who starts by understanding the downside." —Sam Zell 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cuan, Bukan Cuma Keberuntungan

Banyak orang yang merasa kalau untung di saham itu sebuah keberuntungan. Maka mereka takut berada di bursa saham. Seketika untung, seketika rugi. Merasa hal yang terjadi berada di luar kendali. Tentunya kita semua tidak mau berada di bursa saham, hanya mengandalkan keberuntungan semata. Naval Ravikant pernah menyampaikan jika ia jatuh bangkrut dan diizinkan untuk memulai semuanya kembali, maka cukup tempatkan ia di jalan apapun dengan Negara berbahasa inggris maka dalam 5-10 tahun ia akan kembali memiliki kekayaan tersebut. Ada beberapa tipe keberuntungan yang pernah saya baca yaitu : 1. Keberuntungan Semata Kita mendapatkan sesuatu karena keberuntungan semata. Gak ada control kita dalam hal itu, sama halnya seperti memenangkan lotre dengan probabilitas yang sangat kecil. 2. Keberuntungan Karena Kerja Keras Masih ingat dengan Ghozali Everyday? Seolah-olah ia seketika ketumpuk rezeki oleh NFT pada tahun 2022. Tapi keberuntungannya tidak datang tiba-tiba, Ghozali secara persisten mempos

Karena Terpaksa Atau Berdaya

Siapa disini yang ingin belajar tentang dunia investasi? Atau ingin punya badan sehat dan langsing? Apapun keinginan kamu, saya sering mendengar orang yang bilang mau ini – mau itu, namun dilanjutkan dengan kalimat “tapi….., cuma…..”. “Saya kan kerja, ga bisa lakuin itu. Saya kan ga ada modal, maka ga bisa lakuin hal itu.” Seolah-olah banyak hambatan yang terjadi, dan biasanya bermuara pada masalah uang dan waktu. Kali ini saya mau mengajak teman-teman untuk bisa melihat masalah uang dan waktu hanyalah sebagian dari jenis sumber daya yang kita miliki dalam hidup. Ketika saya memahami ini, saya bisa melihat lebih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang saya dapat ciptakan di hidup ini. Berikut saya sampaikan beberapa tipe sumber daya yang kita bisa manfaatkan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan besar dalam hidup ini. Setelah mengetahui berbagai sumber daya yang ada dalam hidup, saya percaya teman-teman bisa mendapatkan harapan yang baru melihat segala sesuatu. Yang pertama adalah uan

Setia, Menikmati Naik Turunnya Trend di Bursa Saham

Saya sebelumnya bingung, pilihan di bursa saham hanya Untung / Buntung. Tapi kenapa lebih banyak orang yang saya temui kapok investasi di bursa saham? Termasuk saya sendiri, kok hampir kapok ya. Beruntungnya saya memilih untuk bertahan.  Selama periode berada di bursa saham, yang saya temui adalah banyak orang yang gagal di bursa adalah orang yang : 1. Tidak menjalankan prinsip trading / investing dengan benar 2. Tidak sabar mengerjakannya dalam waktu yang lebih panjang Saya menghabiskan waktu cukup banyak untuk mencari apa itu prinsip trading yang benar dan terlebih lagi adalah yang cocok dengan pribadi diri saya. Karena saya pribadi adalah trader yang mengutamakan keamanan terhadap resiko kerugian besar. Akhirnya saya memutuskan cara trading trend following yang cocok untuk saya. Meskipun cocok, downsidenya adalah cara trading ini cenderung membosankan dalam waktu yang panjang. Karena hanya mendapatkan keuntungan jika market berubah menjadi Uptrend. Nah, market memiliki 3 tr