Itu kata-kata orang yang sering terucap ketika bertemu dengan
saya. Sebenarnya kalau saya coba refleksi, hal itu datangnya tidak hanya dari
picky. Tapi saya sulit menentukan keputusan karena selalu ada saja hal-hal
kurang oke dari opsi pilihan yang saya punya. Belum lagi dengan segudang godaan
baru yang muncul, eh ada yang lebih oke.. Kok yang ini galak, tapi yang ini
lembut. Kok yang ini kurang pinter sih. Gimana kalau gagal ya? Gimana kalau
nanti ada yang lebih baik?
Kamu pernah ngerasain seperti itu? Rumput tetangga selalu
lebih hijau? Kita semua tentunya mau punya pilihan terbaik dalam hidup. Namun
kalau kita tidak memilih apapun, artinya itu juga sebuah pilihan untuk diam di
titik yang sama. Kalau saya, sering ngerasain sulitnya menentukan pilihan /
jati diri di berbagai aspek kehidupan. Tapi dari situ saya belajar….
Saya perlu mendefinisikan dan memilih pilihan yang terbaik
yang ada saat ini kalau mau maju. Menyadari setiap pilihan akan ada
konsekuensinya, dan awal mulanya memilih satu pilihan tentunya kita akan banyak
lihat “enaknya”, “kecocokannya” tapi setelah menjalaninya.. Kok ada aja “hambatannya”..
Merasa sulit dan ga bisa. Tapi setelah memahami kesulitan itu, saya sadar bahwa
perlu ada pengorbanan yang saya bayar untuk bisa overcome tantangan tersebut
dan menerima “enak ga enaknya” dari pilihan saya secara utuh.
Sama halnya ketika berbicara menjadi seorang pelaku bursa
saham. Apakah kamu sudah menentukan mau jadi seorang trader atau investor? Jika
memilih menjadi seorang trader, apakah kamu swing trader, momentum trader, atau
scalper? Kecil kemungkinan kita bisa menjadi seorang ahli dalam semua strategi
trading yang bisa diterapkan di bursa saham. Untuk mendapatkan keuntungan
optimal pada satu strategi, saya perlu mengorbankan hal-hal menarik lainnya di
luar sana. Ya kan? Gak bisa kan kamu cuma mau yang enak-enaknya saja sama
pasangan kamu, dan ternyata punya adek-adekan di luar sana lainnya. Namanya,
pasang bom waktu itu. Untuk menjadi luar biasa dalam suatu hal, saya perlu
fokus dan terspesialisasi – maka mari kita hindari “style drift”.
“Style drift” berpindah-pindah, tergoda dengan hal menarik
lainnya bisa membuat kita gak fokus dan akhirnya belum berhasil menikmati
manisnya spesialisasi terhadap suatu hal. Jadi yuk fokus pada hal yang jangka
panjang, dan bertahan pada godaan-godaan jangka pendek.
Lun!
BalasHapus