Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

Apakah Trader Harus Trading Setiap Waktu?

Saya memahami kalau bursa saham tidak selalu dalam kondisi bullish. Akan selalu ada moment-moment menghadapi ombak yang tidak baik seperti misalnya berita keuangan negara yang negative, ataupun keluarnya dana asing dari bursa saham. Saya juga pernah mendapatkan pertanyaan, apakah trader wajib untuk trading setiap waktu? Mendengar pertanyaan itu, saya teringat pekerjaan sebagai Nelayan (ataupun berbagai profesi lainnya). Sebagai seorang Nelayan, untuk berlayar akan banyak SOP yang perlu disiapkan seperti mempersiapkan kesiapan kapal, perkiraan cuaca, navigasi kapal, pakaian keselamatan baru mulai menjalankan mesinnya untuk berlayar. Apabila ada satu dua hal diatas yang tidak berjalan dengan baik maka Nelayan tersebut tidak akan berlayar. Misalnya, kalau ada badai, navigasi kapal yang rusak, ataupun pelampung keselamatan yang rusak. Apabila ada hal yang tidak sesuai dengan SOP seorang Nelayan, maka tidak akan turun berlayar – ataupun hanya berlayar di area yang jauh lebih sederhana d

Mengakui Kesalahan dalam Trading Saham

Kita terbiasa untuk tidak melakukan sesuatu hal yang salah dalam suatu aktivitas yang kita lakukan. Dalam trading saham, saya belajar sebaliknya. Bahwa dalam trading, kita perlu memiliki mental mengakui kesalahan tentang keputusan pembelian saham kita. Karena di saham saya mau mengumpulkan uang bukan mengumpulkan kesalahan. Menyimpan saham yang merugi, karena ego tidak mau mengakui kesalahan dalam pembelian saham adalah sesuatu hal yang sangat beresiko. Ketika di bursa saham, dengan lebih cepat saya menjual saham yang under performer, saya bisa menggunakan modal saya untuk masuk ke saham yang lebih menguntungkan / top performer, serta saya bisa tidur lebih nyenyak di malam hari 😊 . Itu lah mengapa, sering ditemui untuk sebagai trader yang memiliki profesi lain seperti dokter, kadang kala kesulitan memahami konsep mengakui kesalahan. Kali ini bukan tentang egonya – namun dalam profesinya memang diajarkan untuk memiliki belief system pola pikir tidak boleh salah, karena kalau sebaga

Belajar Saham Dengan Modal Kecil

Saya pernah mendengar semakin gampang kita “entry” suatu bisnis, semakin sulit kita memenangkan persaingan yang ada dalam bisnis tersebut. Itu lah mengapa, mudah untuk kita memulai bisnis asuransi, MLM, franchise – namun akan memiliki statistic probabilitas keberhasilan yang lebih kecil untuk memenangkan persaingan pada industry tersebut. Alasannya sederhana, karena industry tersebut akan lebih mudah untuk red ocean (over supply pelaku industry). Kita semua pasti mau untuk bisa berhasil pada bidang yang kita tekuni. Kalau saya salah satunya dalam hal trading saham. Namun seperti premis pada tulisan di atas, bahwa ternyata mudah sekali bagi seseorang untuk menjadi pelaku di bursa saham. Dengan sedikit pengetahuan cara membeli saham, sedikit promosi pom-pom dari para influencer saham, maka seseorang bisa dengan mudah memiliki kepemilikan di saham. Hal itu menjadi bursa saham pedang bermata dua, dimana mudah untuk dilakukan meskipun dengan pemahaman yang minim, yang mengakibatkan seseor

Rugi Lagi di Bursa Saham, Apakah Saya Dicurangi?

“Males ah main lagi, kamu curang sihhh”.. Kata-kata ini sering kita dengar diucapkan oleh anak kecil yang sedang bermain bersama namun merasa kecewa dengan teman bermainnya. Seringkali kita berhenti bermain ketika kita mengetahui ada teman bermain kita yang melakukan kecurangan. Hal yang sama ternyata juga sering terjadi di bursa saham, dimana ketika kita gagal meraih keuntungan di bursa saham – kita menyalahkan pihak lain yang ada di bursa dengan dalih mereka melakukan kecurangan terhadap permainan. Dalam bursa saham, kita mengenal ada 2 tipe pelaku – yaitu bandar dan ritel. Kita sering menyebut bandar curang karena memiliki modal yang besar, akses informasi yang cepat, dan jaringan yang baik sehingga bisa mencurangi kita para pelaku retail. Dengan memberikan label bahwa Bandar curang, maka secara tidak langsung kita “mengamini” bahwa performance kita akan jelek dibandingkan Bandar. Padahal dengan mengamini bahwa Bandar memang memiliki banyak keuntungan seperti permodalan dan akse

Parameter Penting untuk Trading Saham

Awal saya mengenal dunia trading saham, saya sering mencari holy grail, saham-saham yang memberikan keuntungan besar bagi saya. Sebisa mungkin saya menghindari kerugian dari saham yang saya pilih. Namun banyak ketidak pastian yang saya hadapi, karena hal itu berada di luar control saya. Namun menariknya melakukan trading, hal itu sangat dekat dengan dunia probabilitas dan statistic. Ada 2 parameter yang saya pelajari dan mengubah cara pandang saya tentang trading. Pertama tentang winning ratio, dimana kita bisa mengetahui ketika kita flip sebuah koin dengan 2 sisi, kita memiliki probabilitas untuk win : loss = 50:50. Dengan melakukan kegiatan trading kita bisa mengetahui jumlah hasil trading kita yang meraih keuntungan dan yang merugi. Apakah kita memiliki ratio 70%, 60%, atau bahkan 30%? Banyak hal yang mempengaruhi hasil dari winning ratio tersebut, apakah kondisi market, ataupun keberuntungan semata. Sejujurnya saya melihat fenomena dari para trader awal (termasuk saya), selalu beru

How To Measure The Game

Saya sering mendengar orang yang mengatakan kalau ingin punya banyak uang karena ingin membahagiakan keluarganya. Namun saat ia mencari uang, ternyata yang terjadi adalah berantem dengan pasangannya, tidak punya hubungan yang baik dengan anaknya ataupun memiliki relasi yang buruk dengan keluarga. Seorang professor Harvard University, Clay Christensen, menuliskan buku berjudulkan “How To Measure Your Life?”. Dalam bukunya ia menceritakan seringkali seseorang menilai hidupnya dari uang yang ia miliki, karena itu adalah hal yang paling mudah untuk diukur, namun bukan hal yang paling penting dalam hidupnya. Seseorang bisa saja memilih untuk pulang lebih malam, gak menghadiri hari-hari penting untuk keluarganya dengan alasan mengejar sesuatu hal yang penting saat itu seperti promosi, apresiasi yang ada di kantor. Dengan mendapatkan hal-hal short term, seringkali kita kehilangan benefit dalam hal long term, misalnya relasi yang langgeng dengan orang – orang tersayang (contoh). Hal ini

Satu Kali Ini Saja...

  Berangkat kerja setiap hari, kadang-kadang ada saja tantangan yang di hadapi, entah jalanan macet karena hujan, ada truk mogok, jalanan macet dll. Sehingga pernah ada masanya ketika saya terlambat pergi ke kantor, saya memberanikan diri untuk lewat “jalur transjakarta” agar tidak telat absensi pagi. Rasanya deg-degan dan syukurnya aman dari polisi saat itu. “Satu kali ini saja…” pikir saya. Namun karena aman saat itu, jadi rasanya besok-besok saya cukup PD untuk datang kantor mepet. Toh, kalau mepet bisa lewat jalur busway lagi. Sampai akhirnya saya membaca tulisan Mark Minervini di bukunya “Think & Trade Like a Champion”, ia menyatakan bahwa hanya dengan pernah mengalami keuntungan besar dalam trading saham 1x – belum tentu artinya cara yang ia lakukan adalah benar. Bayangkan kalau ada 2 orang yang berusaha menyeberang jalan raya besar. Seorang A menyebrang dengan melihat kanan kiri, dan seorang B menyebrang dengan menutup matanya. Pada satu kali percobaan, seorang B berhasil