Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2023

Salah, Salah, Salah, Benar

Dari SD, SMP, SMA saya bersyukur bisa dapat kesempatan melanjutkan jenjang Pendidikan ke kualitas yang meningkat setiap tahapannya. Dimulai dari SD yang biasa saja tentang pencapaian akademiknya, sampai SMA yang terkenal menghasilkan lulusan – lulusan terbaik di bidangnya. Di satu sisi saya bersyukur, karena mendapatkan kesempatan untuk berada di lingkungan yang lebih baik dan lebih baik lagi di setiap fase perjalanan hidup saya. Mengutip kata-kata AR Benard, ketika kita sudah merasa menjadi orang yang paling pintar dalam suatu ruangan, kita juga bisa melihat ruangan lainnya untuk menjadi orang yang bodoh kembali (artinya : belajar kembali). Tapi di satu sisi, setiap kali saya berada di lingkungan yang baru, saya seringkali merasa menjadi bodoh, karena banyak melakukan kesalahan dan saya anggap kesalahan itu adalah diri saya sendiri, yaitu sebagai rang yang gagal. Seringkali kita mengatribusikan kesalahan yang kita pernah perbuat sebagai identitas diri kita. Sehingga rasanya ga enak

Bagaimana Kalau Gagal Trading Saham?

Saya memperlakukan trading saham sama seperti berbisnis. Karena yang kita beli adalah hak kepemilikan atas sebuah perusahaan yang menghasilkan keuntungan pada sector riil. Maka dengan memiliki saham artinya kita juga dapat dianggap berbisnis meskipun tidak masuk dalam aktivitas kegiatan operasional sehari-harinya. Namun trading saham, yang namanya membisniskan “bisnis”, artinya juga memiliki resiko yang sama dengan membuka suatu bisnis. Bayangkan kita membangun suatu usaha dan akhirnya menghadapi kebangkrutan. Hal itu juga termasuk resiko yang ada saat kita memberlakukan trading saham. Buat saya ketika memutuskan suatu hal, terutama yang besar atau penting dalam hidup, perlu kita mempertimbangkan, “what’s worst could happen” kalau usaha kita tidak berjalan seperti yang diharapkan? Kalau di dalam trading saham ada beberapa hal yang bisa diperhatikan seperti, - Kalau saya tiba-tiba kenapa-kenapa (sakit, tidak bisa trading), lalu bagaimana usaha trading saya apakah jadi beresiko? - Kalau

Silent Killer Dalam Trading Saham

 " We didn’t do anything wrong, but somehow, we lost”.  – CEO Nokia Kalimat ini tertanam di benak saya cukup lama. Seringkali hidup kita berantakan, meskipun kita merasa tidak melakukan hal yang salah apapun. Kenapa ya bisnis saya tidak laku seperti dulu lagi? Kenapa ya saya bisa mengidap penyakit diabetes dan sering lemas sekarang ini? Kenapa ya hubungan saya tidak seharmonis saat pacaran dulu? Saya sendiri juga pernah merasakan, ketika di pekerjaan kenapa ya tidak lagi dilibatkan dalam role-role yang cukup penting lagi? Setelah coba merefleksikan, pastinya ada hal-hal kecil yang kita tidak sadari namun bisa membawa efek buruk dalam pencapaian goals kita. Dalam case saya, bisa jadi karena saya tidak lagi bisa memberikan ide yang kreatif dalam penyelesaian permasalahan pekerjaan. Atau bisa jadi saya kurang responsive merespon kebutuhan atasan saya. Atau bisa jadi ide yang saya berikan adalah ide yang egois sehingga kurang disukai oleh unit kerja lain yang berkaitan dengan diri

Yang Pasti Adalah Ketidakpastian

Karena bekerja di Bank, saya belajar untuk berpikir segala hal dari segi “kemungkinan-kemungkinan” yang akan terjadi? Baik itu berdampak buruk ataupun baik. Hal itu salah satunya bertujuan untu memitigasi resiko buruk yang mungkin terjadi dalam pekerjaan saya. Itu adalah hal yang baik, namun seringkali menjadi overthinking bagi saya. Saya sering merasa bagaimana kalau hal buruk itu terjadi, kalau saya gagal, kalau saya salah. Tentunya kita semua mau melakukan segala hal dengan benar sehingga mencapai hasil yang kita inginkan. Begitu juga dengan bermain saham, tentunya mayoritas orang berkeinginan untuk tidak salah dalam memilih saham yang akan menghasilkan keuntungan. Namun hal menariknya adalah, mari kita mengandai-andai, kalau memang kamu bisa 100% benar dalam setiap pilihan saham kamu? Apakah kamu akan tetap bermain saham seperti yang kamu lakukan saat ini? Apakah keuntungan yang ada saat ini menjadi cukup untukmu? Sama halnya seperti kita bisa menebak 100% mana tim bola yang akan

Tergoda Cewek Cantik Lainnya

Saya lulus dari salah satu Universitas Negeri yang cukup ternama, saat itu saya merasa bangga dan keren. Lalu saya melanjutkan karir freelance di berbagai training consultant, mendapatkan kesempatan untuk mengelilingi dan menikmati indahnya Indonesia. Tidak berapa lama, saya merasa pekerjaan freelance tidak begitu menghasilkan dan saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi training analyst di sebuah perusahaan multi nasional. Baru berjalan beberapa waktu, saya tertarik lagi karena melihat adanya opportunity yang sangat besar dengan menjadi agen asuransi. Menjalani satu tahun sebagai agen asuransi, ternyata saya merasakan perjalanannya tidak seindah itu, banyak penolakan, gagal, kalah produk dengan perusahaan lain dll. Akhirnya saya masuk ke perusahaan perbankan saat ini yang sudah berlangsung hampir 9 tahun. Apakah saya menikmatinya? Ya, saya menikmatinya.. Sekarang.. Kalau dulu? Tentunya banyak galau dan ragunya juga. Ada masa-masanya saya melihat, senang juga kerja di perusahaan besar

Sing Penting Yakin

  Pernah suatu waktu saya ngobrol bertiga dengan teman saya, salah satunya adalah seorang agen asuransi. Si Agen Asuransi ini bercerita kalau, “Kenapa yah saya mau bantu orang lain untuk dapat peace of mind dan keamanan hidup melalui tapi kok orang lain memandang saya sebelah mata?”. Jawaban teman saya lainnya “Ya, karena kamu itu baru di field tersebut, blm ada hasilnya, maka wajar orang meragukanmu”. Dengan sedikit terpukul si Agen Asuransi bertanya lagi, “Yah, kalau gitu bagaimana caranya saya menjalankan bisnis ini dong? Setiap orang kan pasti mulai dari nol ga punya hasil apa-apa, gak mungkin tiba-tiba sudah banyak pengalamannya”. Jawab teman saya satu lagi, “Sing penting Yakin”. Wah, hal itu membekas di diri saya cukup lama. Saya sendiri juga mengalami, setiap kali kita memulai hal yang baru – sering kali kita blm punya any single proof tentang hal yang kita lakukan. Namun, yang membedakan adalah kata-kata “sing penting yakin” ini. Dimana apakah kita punya keyakinan / belief te