Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

Jadi Mesti Happy Atau Sedih?

 Keseruan yang ada di bursa saham adalah karena market memiliki potensi keuntungan yang sangat besar tapi juga punya resiko yang tidak kalah bahayanya. Ketika kita menghadapi market yang merah turun drastic, ada ketakutan besar disitu. Namun ketika saya melihat trader-trader besar yang ada di luar sana, mereka cenderung tetap tenang dan melihat ini sebagai peluang besar. Karena biasanya akan muncul banyak saham dengan super performance setelah terjadi koreksi besar di market. Jadi sebenarnya dengan kondisi gak menyenangkan di bursa saham, bisa menjadi kesempatan besar bagi para pelaku saham yang mengerti. Yang perlu dipastikan adalah ketika bursa saham melorot, portofolio kita tidak ikut melorot, tapi begitu mau reversal uptrend, jangan sampai kita ketinggalan kereta. Ingat selalu ada peluang di setiap kejadian.

Kalau Properti, Katanya Lokasi.. Lokasi.. Lokasi..

Kita bisa saja naksir sama seorang lawan jenis yang berbeda-beda, tapi mereka mungkin memiliki satu kesamaan. Ataupun bisa saja banyak orang naksir kepada 1 orang yang sama, namun setiap dari orang tersebut bisa saja punya alasan yang berbeda dalam menentukan pilihannya. Hal tersebut juga terjadi di bursa saham, setiap dari pelaku saham memiliki indikator penting dalam menentukan keputusannya dalam melakukan jual beli terhadap saham yang dimiliki. Dengan jutaan pelaku pasar saham yang ada di Indonesia juga tentunya memiliki kacamata yang berbeda dalam menentukan pilihannya. Parameter dalam menentukan pilihan menjadi hal yang sangat krusial. Kalau dalam mencari pasangan apakah kamu cari yang paling cantik atau paling baik? Kalau dalam property apakah lokasi, lokasi, lokasi yang jadi perhatianmu? Nah, dalam melakukan jual beli saham saya menekankan pada kondisi teknikal saham tersebut. Namun, saya tidak mengesampingkan kondisi fundamental yang ada. Hal yang menarik perhatian saya ada

KISS : Keep It Simple Stupid

 Kalau mau bertumbuh, biasanya kita memiliki sebuah goal tujuan yang sifatnya jauh di luar kita. Saya sendiri cenderung menaruh target di setiap tahun untuk perjalanan hidup saya. Dengan itu saya merasakan ada sebuah siklus yang sama setiap bertemu dengan sebuah target yang baru. Di mulai dari semangat, lalu pesimis karena ternyata susah sekali, lalu menyadari ternyata ada hal-hal yang perlu diperjuangkan untuk mewujudkan hal tersebut tentunya dengan pengorbanan di aspek lainnya dalam hidup. Bagi saya jarak yang ada antara saya dengan goal saya adalah, jembatan dari berbagai skill yang diperlukan untuk sampai ke tujuan. Hal itu seringkali membuat saya frustasi, karena most of the time semua hasil yang saya harapkan jauh dari kenyataan. Seringkali short escape bagi saya adalah melihat keseruan di tempat lain, yang akhirnya membuat saya tidak fokus pada tujuan utama saya. Untuk memastikan jembatan ini bisa mengantar saya pada tujuan akhir, saya perlu terima bahwa saya perlu membayar

Bersiap dengan Disrupsi

Menariknya berada di pasar modal adalah kita memiliki kesempatan untuk memilih. Kita tidak sedang berkompetisi di satu spesifik market tertentu, tapi kita berusaha memilih saham mana yang memiliki potensi besar kedepannya. Bagi saya kalau mau cari yang aman yah kita bisa melihat saham apa yang saat ini adalah top 1 & 2 di setiap industrinya. Kemungkinan saham tersebut sudah memiliki valuasi yang tinggi dan memiliki tingkat stabilitas yang baik. Tapi kalau mau melihat pertumbuhan yang cepat, saya memberi perhatian lebih ke top 3 – 4 yang mungkin bisa menjadi kuda hitam menyalip dalam perubahan peta di industry tersebut. Saya sendiri merasakan perubahan yang terjadi seperti adanya Netflix yang mengubah industry film di dunia, ataupun fitur ride hailing yang berkompetisi langsung dengan industry transportasi taxi. Perubahan besar saat ini didorong dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat. Jadi semoga dengan tulisan ini bisa menambah perspektif kita dalam melihat saham apa yang

Getting Score is One Thing

Selama bekerja menjadi seorang HR, saya bertemu banyak orang yang mengejar karir. Sampai akhirnya saya mendapatkan training dari kantor yang membahas tentang people development and career path. Muncul sebuah pertanyaan? “Bagaimana mengukur performance seseorang, apakah orang yang bisa mencapai hasil yang besar dalam waktu yang singkat akan selalu diukur sebagai talent terbaik di perusahaan”? Ternyata jawabannya adalah selain daripada mencapai hasil yang baik, tapi sejauh mana bisa konsisten menjaga hasil tersebut dalam jangka waktu yang panjang. Maka dari itu, perusahaan kami kurang percaya kalau mempromosi seseorang yang memiliki hasil baik namun belum terbukti dari waktu ke waktu. Seringkali kita kecewa dengan tindakan-tindakan kecil yang kita lakukan, kok sepertinya tidak mendapatkan hasil yang sepadan yah. Saya sudah baik sama si Anu, kok dia perlakukan saya seperti itu. Saya sudah makan sehat, tapi kok hasilnya tetap seperti ini. Saya sudah kerja mati-matian, tapi seperti ini sa

Pain Killer di Bursa Saham

Pernah gak sih kamu punya impian dan siap untuk menahan rasa sakit yang begitu besar untuk mewujudkannya? Saya jadi ingat pengalaman waktu sekolah dulu pernah beberapa kali mengikuti lomba futsal. Dari dulu saya selalu masuk ke tim B, tim kedua sebagai kuda hitam ataupun under dog player. Saya cenderung tidak diperhitungkan oleh lawan namun dengan itu juga saya punya keinginan untuk menunjukkan kalau saya bisa dan mampu memenangkan pertandingan. Saya akan ngotot segila-gilanya agar bisa memenangkan pertandingan walau kadang menyakitkan. Di masa itu saya pertama kali mengenal pain killer. Karena saya perlu memenangkan pertandingan tersebut, saya sering bolak-balik semprot pain killer di kaki yang sakit. Jadinya saya bisa berlari lagi dan melupakan rasa sakit yang ada. Saya rasa itu adalah kegunaan yang tepat saat dari sebuah pain killer, yaitu untuk mengesampingkan rasa sakit “sementara” agar diri kita bisa mencapai target yang lebih penting / besar bagi diri kita. Namun kadangkala

Saham Jagoan Turun, Untung Atau Buntung?

Pertama kali saya belajar di bursa saham, saya belajar dari seorang fundamentalis yang menyatakan selalu beli saham Unilever (UNVR ) dan BCA (BBCA) untuk nanti simpanan dana pensiun masa tua kita. Kebetulan saya kerja di BCA, dan benar bahwa BBCA masih menunjukkan strong uptrend kenaikan yang konsisten dari tahun ke tahun hingga hari ini, proven, amin,amin, amin. Tapi kalau kita lihat pegerakan saham satunya lagi, UNVR dari akhir tahun 2017 ditutup pada harga Rp 11,175, namun per tulisan ini dibuat terdapat penurunan hingga Rp 4,730 per tanggal 2 Februari 2023. Hal ini artinya kalau saya membeli saham Unilever sebesar Rp 11,175,000,- maka nilai saham saya pertanggal 2 Februari 2023 adalah Rp 4,730,000 itu setara dengan penurunan sebesar 57,67% dari semua nominal saham saya. Nah kalau misalnya saya hanya mempercayakan semua tabungan pensiun di saham tersebut, maka kondisi hati saat ini rasanya akan ga karuan banget ya. Padahal kalau kita pikir-pikir, apa sih yang membuat saham Unilever

Berteman dengan Trend

Ada banyak indikator di bursa saham untuk membantu kita memprediksi pergerakan suatu saham sendiri. Namun ada 1 indikator dasar yang menurut saya sangat penting, yaitu indikator garis trend – moving average. Saya percaya saham yang sedang memiliki trend turun, dalam 20 hari, 50 hari, dan 200 hari average menunjukkan belum adanya kekuatan untuk memiliki potensi bertumbuh besar. Meskipun secara track record menunjukkan keuntungan yang besar, cash flow yang banyak, hutang yang sedikit, dan lain halnya saya memilih untuk tidak membeli saham yang sedang down trend. Karena untuk harga bisa naik, diperlukan big money untuk menggerakannya. Ketika dana big money itu datang barulah ada kehidupan dari saham tersebut. Karena dana saya terbatas, saya perlu bijaksana dalam menaruh dimana dana saya perlu berhenti. Sangat sayang kalau saya membeli saham yang ‘terkesan’ murah namun dalam jangka waktu lama tidak ada kenaikan sama sekali. Lebih baik saya menunggu terhadap pergerakan sebuah saham dan ikut

Yang Mahal, Bisa Jadi Itu yang Murah

 Gak selamanya yang murah itu murah, dan yang mahal itu mahal. Dulu saat saya berjualan asuransi merek tertentu, barang dagangan saya sering kali ditanyakan kenapa lebih mahal daripada barang lainnya? Saya sempat minder dan takut untuk berjualan karena merasa saya merugikan pihak lain. Namun ternyata ada hal lain dari sekedar harga, yaitu nilai-nilai lain yang dimiliki dari suatu hal tersebut dibandingkan dengan harga. Kita menyebutnya sebagai Price to Performance. Makanan yang mendekati expired akan dijual cenderung lebih murah daripada makanan fresh yang baru saja dibuat. Dari sini saya belajar, ga selamanya harga yang lebih murah artinya memiliki peluang keuntungan yang lebih besar. Sama halnya seperti di Asuransi ataupun di berbagai Industri lainnya. Sebuah produk yang mendominasi market biasanya akan dijual dengan harga yang lebih premium daripada yang kalah saing. Karena produk pemenang tersebut bisa memberikan nilai tambah, kualitas dan layanan yang lebih baik dibandingkan p